ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN
HAEMORRHAGIC POST PARTUM (HPP)
A.
Pengertian
Perdarahan
post partum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml selama 24 jam setelah anak
lahir. Dalam menentukan
jumlah perdarahan pada saat persalinan sulit karena sering bercampurnya darah
dengan air ketuban serta rembesan dikain pada alas tidur.
B.
Klasifikasi
Perdarahan Post partum
diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:
1. Early post partum hemorhagic
Ealy post partum terjadi 24 jam pertama setelah bayi lahir
2. Late post partum hemorhagic
Late post partum terjadi lebih dari 24 jam pertama setelah
bayi lahir. perdarahan yang terjadi antara hari kedua sampai
enam minggu paska persalinan.
C.
Etiologi
Penyebab umum perdarahan post partum adalah:
Penyebab umum perdarahan post partum adalah:
1.
Atonia
Uteri
2.
Retensi
Plasenta
3.
Sisa
Plasenta dan selaput ketuban
a. Pelekatan yang abnormal
b. Tidak ada kelainan perlekatan
4.
Trauma
jalan lahir
a.
Episiotomi
yang lebar
b.
Lacerasi
perineum, vagina, serviks, forniks dan rahim
c.
Rupture
uteri
5.
Penyakit
darah
Kelainan
pembekuan darah misalnya afibrinogenemia /hipofibrinogenemia.
Tanda
yang sering dijumpai:
a.
Perdarahan
yang banyak
b.
Solusio
plasenta.
c.
Pre
eklampsia dan eklampsia.
D.
Patofisiologi
Dalam persalinan pembuluh darah yang
ada di uterus melebar untuk meningkatkan sirkulasi ke sana, atoniauteri dan
subinvolusi uterus menyebabkan kontraksi uterus menurun sehingga pembuluh
darah-pembuluh darah yang melebar tadi tidak menutup sempurna sehingga
perdarahan terjadi terus menerus. Trauma jalan lahir seperti epiostomi yang
lebar, laserasi perineum, dan rupture uteri juga menyebabkan perdarahan karena
terbukanya pembuluh darah, penyakit darah pada ibu misalnya afibrinogemia atau
hipofibrinogemia karena tidak ada atau kurangnya fibrin untuk membantu proses
pembekuan darah juga merupakan penyebab dari perdarahan post partum. Perdarahan
yang sulit dihentikan bisa mendorong pada keadaan shock hemoragik.
Perbedaan
perdarahan pasca persalinan karena atonia uteri dan robekan jalan lahir adalah:
1. Atonia uteri (sebelum/sesudah
plasenta lahir)
2. Kontraksi uterus lembek, lemah, dan
membesar (fundus uteri masih tinggi
3. Perdarahan terjadi beberapa menit
setelah anak lahir
4. Bila kontraksi lemah, setelah masase
atau pemberian uterotonika, kontraksi yang lemah tersebut menjadi kuat.
Robekan
jalan lahir (robekan jaringan lunak)
1. Kontraksi uterus kuat, keras dan
mengecil
2. Perdarahan terjadi langsung setelah
anak lahir. Perdarahan ini terus-menerus
3. Setelah dilakukan masase atau
pemberian uterotonika langsung uterus mengeras tapi perdarahan tidak berkurang.
E. Manifestasi
Klinis
Gejala Klinis umum yang terjadi
adalah kehilangan darah dalam jumlah yang banyak (> 500 ml), nadi lemah,
pucat, lochea berwarna merah, haus, pusing, gelisah, letih, dan dapat terjadi
syok hipovolemik, tekanan darah rendah, ekstremitas dingin, mual.
Gejala Klinis berdasarkan penyebab:
1.
Perdarahan post partum akibat Atonia uteri.
Perdarahan post partum dapat terjadi karena terlepasnya
sebagian plasenta dari rahim dan sebagian lagi belum; karena perlukaan pada
jalan lahir. Atonia uteri dapat terjadi karena proses persalinan yang lama;
pembesaran rahim yang berlebihan pada waktu hamil seperti pada hamil kembar
atau janin besar; persalinan yang sering (multiparitas) atau anestesi yang
dalam. Atonia uteri juga dapat terjadi bila ada usaha mengeluarkan plasenta
dengan memijat dan mendorong rahim ke bawah sementara plasenta belum lepas dari
rahim. Perdarahan yang banyak dalam waktu pendek dapat segera diketahui. Tapi
bila perdarahan sedikit dalam waktu lama tanpa disadari penderita telah
kehilangan banyak darah sebelum tampak pucat dan gejala lainnya. Pada
perdarahan karena atonia uteri, rahim membesar dan lembek.
Pada perdarahan yang timbul setelah janin lahir dilakukan
upaya penghentian perdarahan secepat mungkin dan mengatasi akibat perdarahan.
Pada perdarahan yang disebabkan atonia uteri dilakukan tamponade utero vaginal,
yaitu dimasukkan tampon kasa kedalam rahim sampai rongga rahim terisi penuh. Adapun
Faktor predisposisi terjadinya atonia uteri, yaitu umur, partus lama dan partus
terlantar.
2. Perdarahan
post partum akibat Retensio plasenta.
Retensio
plasenta adalah keadaan dimana plasenta belum lahir selama 1 jam setelah bayi
lahir. Penyebab retensio plasenta :
a. Plasenta belum terlepas dari dinding
rahim karena melekat dan tumbuh lebih
dalam.
dalam.
b.
Plasenta
sudah terlepas dari dinding rahim namun belum keluar karena atonia
uteri
uteri
Bila plasenta belum lepas sama
sekali tidak akan terjadi perdarahan tetapi bila sebagian plasenta sudah lepas
maka akan terjadi perdarahan. Ini merupakan indikasi untuk segera
mengeluarkannya. Plasenta mungkin pula tidak keluar karena kandung kemih atau
rektum penuh. Oleh karena itu keduanya harus dikosongkan.
3. Perdarahan
post partum akibat Subinvolusi.
Subinvolusi adalah kegagalan uterus untuk mengikuti pola
normal involusi, dan keadaan ini merupakan salah satu dari penyebab terumum
perdarahan pascapartum. Biasanya tanda dan gejala subinvolusi tidak tampak,
sampai kira-kira 4 hingga 6 minggu pascapartum. Fundus uteri letaknya tetap
tinggi di dalam abdomen/ pelvis dari yang diperkirakan. Keluaran lokhea
seringkali gagal berubah dari bentuk rubra ke bntuk serosa, lalu ke bentuk
lokhea alba. Lokhea yang tetap bertahan dalam bentuk rubra selama lebih dari 2
minggu pasca patum sangatlah perlu dicurigai terjadi kasus subinvolusi. Jumlah lokhea
bisa lebih banyak dari pada yang diperkirakan. Leukore, sakit punggung, dan lokhea
berbau menyengat, bisa terjadi jika ada infeksi. Ibu bisa juga memiliki riwayat
perdarahan yang tidak teratur, atau perdarahan yang berlebihan setelah
kelahiran.
4. Perdarahan
post partum akibat Inversio uteri.
Inversio Uteri adalah keadaan dimana fundus uteri terbalik
sebagian atau seluruhnya masuk ke dalam kavum uteri. Uterus dikatakan mengalami
inverse jika bagian dalam menjadi di luar saat melahirkan plasenta. Reposisi
sebaiknya segera dilakukan dengan berjalannya waktu, lingkaran konstriksi
sekitar uterus yang terinversi akan mengecil dan uterus akan terisi darah.
Pembagian inversio uteri
a.
Inversio
uteri ringan
Fundus uteri terbalik menonjol ke
dalam kavum uteri namun belum keluar dari ruang rongga rahim
b.
Inversio
uteri sedang
Terbalik dan sudah masuk ke dalam
vagina
c.
Inversio
uteri berat
Uterus dan vagina semuanya terbalik
dan sebagian sudah keluar vagina.
Penyebab inversio uteri
a.
Spontan
grande multipara, atoni uteri,
kelemahan alat kandungan, tekanan
intra abdominal yang tinggi
intra abdominal yang tinggi
b.
Tindakan
Cara tarikan tali pusat yang
berlebihan.
5. Perdarahan
post partum akibat Hematoma.
Hematoma terjadi karena kompresi yang kuat disepanjang
traktus genitalia, dan tampak sebagai warna ungu pada mukosa vagina atau
perineum. Hematoma yang kecil diatasi dengan es, analgesik dan pemantauan yang
terus menerus. Biasanya hematoma ini dapat diserap kembali secara alami.
6. Perdarahan
post partum akibat laserasi /robekan jalan lahir.
Robekan jalan lahir merupakan penyebab kedua tersering dari
perdarahan post partum. Robekan dapat terjadi bersamaan dengan atonia uteri.
Perdarahan post partum dengan uterus yang berkontraksi baik biasanya disebabkan
oleh robekan servik atau vagina.
a. Robekan serviks
Persalinan selalu mengakibatkan
robekan serviks sehingga servik seorang multipara berbeda dari yang belum
pernah melahirkan pervaginam. Robekan servik yang luas menimbulkan perdarahan
dan dapat menjalar ke segmen bawah uterus. Apabila terjadi perdarahan yang
tidak berhenti, meskipun plasenta sudah lahir lengkap dan uterus sudah
berkontraksi dengan baik, perlu dipikirkan perlukaan jalan lahir, khususnya
robekan servik uteri
b. Robekan vagina
Perlukaan vagina yang tidak
berhubungan dengan luka perineum tidak sering dijumpai. Mungkin ditemukan
setelah persalinan biasa, tetapi lebih sering terjadi sebagai akibat ekstraksi
dengan cunam, terlebih apabila kepala janin harus diputar. Robekan terdapat
pada dinding lateral dan baru terlihat pada pemeriksaan speculum.
c. Robekan perineum
Robekan perineum terjadi pada hampir
semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya.
Robekan perineum umumnya terjadi digaris tengah dan bisa menjadi luas apabila
kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa,
kepala janin melewati pintu panggul bawah dengan ukuran yang lebih besar
daripada sirkum ferensia suboksipito bregmatika. Laserasi pada traktus
genitalia sebaiknya dicurigai, ketika terjadi perdarahan yang berlangsung lama
yang menyertai kontraksi uterus yang kuat.
F. Pemeriksaan Laboratorium
1. Kadar
Hb, Ht, Masa perdarahan dan masa pembekuan
2. Pemeriksaan
USG
Hal ini dilakukan bila
perlu untuk menentukan adanya sisa jaringan konsepsi intrauterine
3. Urinalisis
memastikan kerusakan kandung kemih
4. Profil
koagulasi menentukan peningkatan degradasi kadar produk fibrin, penurunan
fibrinogen, aktivasi masa tromboplastin dan masa tromboplastin parsial
G. Penatalaksanaan
1.
Penatalaksanaan
keperawatan
Dengan adanya perdarahan yang keluar pada kala III, bila
tidak berkontraksi dengan kuat, uterus harus diurut. Pijat dengan lembut
uterus, sambil menyokong segmen uterus bagian bawah untuk menstimulasi kontraksi
dan kekuatan penggumpalan. Waspada terhadap kekuatan pemijatan. Pemijatan yang
kuat dapat meletihkan uterus, mengakibatkan atonia uteri yang dapat menyebabkan
nyeri. Lakukan dengan lembut.
Pantau tipe dan jumlah perdarahan serta konsistensi uterus
yang menyertai selama berlangsungnya hal tersebut. Waspada terhadap darah yang
berwarna merah dan uterus yang relaksasi yang berindikasi atoni uteri atau
fragmen plasenta yang tertahan. Perdarahan vagina berwarna merah terang dan
kontra indikasi uterus, mengindikasikan perdarahan akibat adanya laserasi.
2. penatalaksanaan medis
Pertahankan pemberian cairan IV. Pemberian
20 unit oksitosin dalam 1000 ml larutan RL atau normal saline, efektif bila
diberikan infus intra vena 10 ml/mnt. Transfusi darah diberikan bila
diperlukan.
KONSEP ASUHAN
KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
HAEMORRHAGIC POST PARTUM (HPP)
A.
Pengkajian
1. Data diri klien meliputi : nama,
umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, medical record dan lain – lain
2. Riwayat kesehatan :
a. Riwayat kesehatan dahulu
riwayat
penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal kronik, hemofilia, riwayat pre
eklampsia, trauma jalan lahir, kegagalan kompresi pembuluh darah, tempat
implantasi plasenta, retensi sisa plasenta.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan
yang dirasakan saat ini yaitu: kehilangan darah dalam jumlah banyak
(>500ml), Nadi lemah, pucat, lokea berwarna merah, haus, pusing, gelisah,
letih, tekanan darah rendah, ekstremitas dingin, dan mual.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Adanya
riwayat keluarga yang pernah atau sedang menderita hipertensi, penyakit
jantung, dan pre eklampsia, penyakit keturunan hemopilia dan penyakit menular.
d. Riwayat obstetrik
·
Riwayat
menstruasi meliputi: Menarche, lamanya siklus, banyaknya, baunya , keluhan
waktu haid, HPHT
·
Riwayat
perkawinan meliputi : Usia kawin, kawin yang keberapa, Usia mulai hamil
e. Riwayat hamil, persalinan dan nifas
yang lalu
·
Riwayat
hamil meliputi: Waktu hamil muda, hamil tua, apakah ada abortus, retensi
plasenta
·
Riwayat
persalinan meliputi: Tua kehamilan, cara persalinan, penolong, tempat bersalin,
apakah ada kesulitan dalam persalinan anak lahir atau mati, berat badan anak
waktu lahir, panjang waktu lahir
·
Riwayat
nifas meliputi: Keadaan lochea, apakah ada pendarahan, ASI cukup atau tidak dan
kondisi ibu saat nifas, tinggi fundus uteri dan kontraksi
f. Riwayat Kehamilan sekarang
·
Hamil
muda, keluhan selama hamil muda
·
Hamil
tua, keluhan selama hamil tua, peningkatan berat badan, tinggi badan, suhu,
nadi, pernafasan, peningkatan tekanan darah, keadaan gizi akibat mual, keluhan
lain
·
Riwayat
antenatal care meliputi : Dimana tempat pelayanan, beberapa kali, perawatan serta
pengobatannya yang didapat
B.
Pemeriksaan Fisik
1. B1: Breathing
Bila suhu
dan nadi tidak normal, pernafasan juga menjadi tidak normal
2. B2: Blood
Denyut
nadi akan meningkat cepat karena nyeri, biasanya terjadi hipovolemia yang
semakin berat. Tekanan darah biasanya stabil. Keluar darah
pervaginam, robekan, lochea ( jumlah dan jenis )
3. B3: Brain
Kesadaran (GCS) Normal / turun
4. B4: Bowel
Observasi terhadap nafsu makan dan
defekasi. Fundus uteri/abdomen lembek/keras, subinvolusi
5. B5: Bladder
Diobservasi
tiap 2 jam selama 2 hari pertama. Meliputi miksi lancar atau tidak, spontan dan
lain-lain
6. B6: Bone
Pola
aktifitas sehari-hari seperti makan dan minum, istirahat atau tidur, personal
hygiene.
C.
Diagnosa
Kperawatan
1.
Kekurangan volume cairan berhubungan
dengan perdarahan pervaginam
2.
Gangguan perfusi jaringan berhubungan
dengan perdarahan pervaginam
3.
Cemas/ketakutan berhubungan dengan
perubahan keadaan atau ancaman kematian
4. Resiko
infeksi berhubungan dengan perdarahan
D.
Rencana tindakan keperawatan
1. Kekurangan
volume cairan berhubungan dengan perdarahan pervaginam
Tujuan : Mencegah disfungsional bleeding dan
memperbaiki volume cairan
KH: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x2 jam
klien nampak
·
perdarah berkurang atau sduah berhenti
·
volume cairan / intake output dalam
keadaan seimbang
-
Intake = ± 2500 cc
-
Output = ± 2300 cc
·
TTV dalam batas normal
-
Tekanan darah : 110/70-120/80 mmHg
-
Denyut nadi : 70-80 x/menit
-
Pernafasan : 20 – 24 x/menit
-
Suhu :
36 – 37 oc
·
GCS 15
·
Turgor kulit elastic
·
Mukosa bibir lembab
·
Mata tidak cowong
Rencana tindakan :
a. Tidurkan
pasien dengan posisi kaki lebih tinggi sedangkan badannya tetap terlentang.
Rasional : Dengan kaki lebih tinggi akan
meningkatkan venous return dan memungkinkan darah keotak dan organ lain.
b. Monitor
tanda vital
Rasional : Perubahan tanda vital
terjadi bila perdarahan semakin hebat
c. Lakukan
masage uterus dengan satu tangan serta tangan lainnya diletakan diatas
simpisis.
Rasional : Massage uterus merangsang
kontraksi uterus dan membantu pelepasan placenta, satu tangan diatas simpisis
mencegah terjadinya inversio uteri
d. Batasi
pemeriksaan vagina dan rektum
Rasional : Trauma yang terjadi pada
daerah vagina serta rektum meningkatkan terjadinya perdarahan yang lebih hebat,
bila terjadi laserasi pada serviks / perineum atau terdapat hematom
e. Bila
tekanan darah semakin turun, denyut nadi makin lemah, kecil dan cepat, pasien
merasa mengantuk, perdarahan semakin hebat, segera kolaborasi pemberikan infus
atau cairan intravena
Rasional : Cairan intravena
mencegah terjadinya shock.
f. Berikan
uterotonika ( bila perdarahan karena atonia uteri )
Rasional : Uterotonika merangsang
kontraksi uterus dan mengontrol perdarahan
g. Berikan
antibiotik
Rasional : Antibiotik mencegah infeksi
yang mungkin terjadi karena perdarahan pada
2. Gangguan
perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan pervaginam
Tujuan : Tanda vital dan gas darah dalam batas
normal
KH: Setelah dilakukan perawatan 1x 6 jam
TTV klien dalam batas normal
a. Tekanan
darah : 110/70-120/80 mmHg
b. Denyut
nadi : 70-80 x/menit
c. Sp
O2 : 90-95
%
d. Pernafasan : 20 – 24 x/menit
e. Suhu : 36 – 37 oc
Rencana keperawatan :
a. Monitor
tanda vital tiap 5-10 menit
Rasional : Perubahan perfusi
jaringan menimbulkan perubahan pada tanda vital
b. Catat
perubahan warna kuku, mukosa bibir, gusi dan lidah, suhu kulit
Rasional : Dengan vasokontriksi dan
hubungan keorgan vital, sirkulasi di jaingan perifer berkurang sehingga
menimbulkan sianosis dan suhu kulit yang dingin
c. Observasi
ada / tidak adanya produksi ASI
Rasional: Perfusi yang jelek
menghambat produksi prolaktin dimana diperlukan dalam produksi ASI
d. Tindakan
kolaborasi :
Monitor kadar gas darah dan PH
Rasional: perubahan kadar gas darah
dan PH merupakan tanda hipoksia jaringan
e. Berikan
terapi oksigen
Rasional: Oksigen diperlukan untuk
memaksimalkan transportasi sirkulasi jaringan.
3. Cemas/ketakutan
berhubungan dengan perubahan keadaan atau ancaman kematian
Tujuan : Klien dapat mengungkapkan
secara verbal rasa cemasnya dan mengatakan perasaan cemas berkurang atau
hilang.
KH:
setelah dilakukan perawatan 1x 24 jam ibu mengatakan cemas berkurang
atau sudah tidak cemas lagi yang ditandai klien nampak rileks.
Rencana tindakan :
a.
Perlakukan pasien secara kalem, empati,
serta sikap mendukung
Rasional : Memberikan dukungan emosi
b.
Berikan informasi tentang perawatan dan
pengobatan
Rasional : Informasi yang akurat dapat mengurangi
cemas dan takut yang tidak diketahui
c.
Bantu klien memahami dan memilih koping
adaptip
Rasional: koping adaptif
memungkinkan adanya respon positif dari klien
d.
Bantu klien mengidentifikasi rasa
cemasnya
Rasional : Ungkapan perasaan dapat mengurangi cemas
4. Resiko
infeksi berhubungan dengan perdarahan
Tujuan : Tidak terjadi infeksi (
lokea tidak berbau dan TTV dalam batas normal )
·
Lokea
-
Bau tidak busuk
-
Perubahan warna harus sesuai dengan
tingkat penyembuhan luka
-
Lokhea Rubra. Lokhea ini berwarna merah segar seperti darah haid
karena banyak mengandung darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban ,sel-sel
decidua,vernix caseosa,lanugo meconium. Pengeluarannya segera setelah
persalinan sampai 2 hari post partum jumlah makin sedikit.
-
Lokhea Sanguinolenta. Lokhea ini berwarna merah kuning berisi
darah dan lendir karena pengaruh plasma darah,penggeluarannya pada hari ke 3-7
hari post partum.
-
Lokhea Serosa. Lokhea ini berwarnah kuning kecoklatan atau
serum,pengeluarnnya pada hari 7-14 post Partum.
-
Lokhea Alba berupacairan putih kekuningan pengeluaran. Setelah 2
minggu hari port partum bila lokhea tetap berwarna merah kemungkinan tertinggal
sisa plasenta atau selaput amnion.
·
Tekanan darah : 110/70-120/80 mmHg
·
Denyut nadi : 70-80 x/menit
·
Pernafasan : 20 – 24 x/menit
·
Suhu :
36 – 37 oc
KH: setelah dilakukan perawatan
2x24 suhu tubuh klien kembali ke suhu normal 36-37oc. Klien sudah
tidak terdapat tanda-tanda infeksi seperti:
·
Dolor yaitu rasa nyeri
·
Kalor yaitu rasa panas
·
Tumor yaitu pembengkakan
·
Rubor yaitu kemerahan
·
Fungsio laesa yaitu perubahan fungsi
Rencana tindakan :
a.
Tindakan kolaborasi
·
Berikan zat besi (Anemi memperberat
keadaan)
·
Beri antibiotika (Pemberian antibiotika
yang tepat diperlukan untuk keadaan infeksi).
b.
Lakukan vulva hygiene dan personal
hygiene lainnya
Rasional: mencegah terjadinya
infeksi
c.
Catat perubahan tanda-tanda vital
Rasional : Perubahan tanda vital ( suhu ) merupakan
indikasi terjadinya infeksi
d.
Catat adanya tanda lemas, kedinginan,
anoreksia, kontraksi uterus yang lembek, dan nyeri panggul
Rasional : Tanda-tanda tersebut merupakan indikasi
terjadinya bakterimia, shock yang tidak terdeteksi
e.
Monitor involusi uterus dan pengeluaran
lochea
Rasional : Infeksi uterus menghambat involusi dan
terjadi pengeluaran lokea yang berkepanjangan
f.
Perhatikan kemungkinan infeksi di tempat
lain, misalnya infeksi saluran nafas, mastitis dan saluran kencing
Rasional : Infeksi di tempat lain memperburuk
keadaan
E.
Kriteria/Standart
keberhasilan tindakan keperawatan (Evaluasi)
Semua
tindakan yang dilakukan diharapkan memberikan hasil :
1.
Tanda vital dalam batas normal :
a. Tekanan
darah : 110/70-120/80 mmHg
b. Denyut
nadi : 70-80 x/menit
c. Pernafasan : 20 – 24 x/menit
d. Suhu : 36 – 37 oc
2.
Kadar Hb Lebih atau sama dengan 10 – 12
g%
3.
Analisa Gas Darah dalam batas normal
65-100 %
4.
Klien dan keluarganya mengekspresikan
bahwa dia mengerti tentang komplikasi dan pengobatan yang dilakukan
5.
Klien dan keluarganya menunjukkan
kemampuannya dalam mengungkapkan perasaan psikologis dan emosinya
6.
Klien dapat mengungkapkan secara verbal
perasaan cemasnya.
7.
Lokea tidak bau busuk
8.
Lokhea Rubra
Lokhea ini berwarna merah segar
seperti darah haid karena banyak mengandung darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban
,sel-sel decidua, vernix caseosa, lanugo meconium. Pengeluarannya segera
setelah persalinan sampai 2 hari post partum jumlah makin sedikit.
9.
Lokhea Sanguinolenta
Lokhea ini berwarna merah kuning
berisi darah dan lendir karena pengaruh plasma darah,penggeluarannya pada hari
ke 3-7 hari post partum
10.
Lokhea Serosa
Lokhea ini berwarnah kuning
kecoklatan atau serum,pengeluarnnya pada hari 7-14 post Partum.
11.
Lokhea Alba
Berupa cairan putih kekuningan
pengeluran Setelah 2 minggu hari port partum bila lokhea tetap berwarna merah
setelah 2 minggu post partum kemungkinan tertinggal sisa plasenta atau selaput
amnion.
tidak ada daftar pustaka
BalasHapusCoin Casino | Review 2021 - Casinowow
BalasHapusCoin Casino is a leading provider of online casino games for 인카지노 online gamblers that offer kadangpintar the most generous in welcome bonus offers. We review Coin Casino 제왕카지노 and