ASUHAN KEPERAWATAN GONORE ATAU GONORRHOEA
A.
Definisi
Kencing
nanah atau gonore gonorrhea atau
adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae yang menginfeksi
lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum, tenggorokan, dan bagian putih mata
(konjungtiva). Gonore bisa menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh
lainnya, terutama kulit dan persendian. Pada wanita, gonore bisa menjalar ke
saluran kelamin dan menginfeksi selaput di dalam pinggul sehingga timbul nyeri
pinggul dan gangguan reproduksi. Namun penyakit gonore ini dapat juga
ditularkan melalui ciuman atau kontak badan yang dekat. Kuman patogen tertentu yang mudah menular dapat
ditularkan melalui makanan, transfusi darah, alat suntik yang digunakan.
Penyakit
menular seksual juga disebut penyakit veneral merupakan penyakit yang paling
sering ditemukan di seluruh dunia. Pengobatan penyakit ini efektif dan penyembuhan
cepat sekali. Namun, beberapa kuman yang lebih tua telah menjadi kebal terhadap
obat-obatan dan telah menyebar ke seluruh dunia dengan adanya banyak perjalanan
yang dilakukan orang-orang melalui transportasi udara.
Penyebaran
Gonore
dapat menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh lain terutama kulit dan
persendian. Pada wanita, gonore bisa menjalar ke saluran kelamin dan
menginfeksi selaput di dalam panggul sehingga menyebabkan nyeri pinggul dan
gangguan reproduksi.
B.
Etiologi
Penyebab
pasti penyakit gonore adalah bakteri Neisseria
gonorrhea yang bersifat patogen. Daerah yang paling mudah terinfeksi adalah
daerah dengan mukosa epitel kuboid atau lapis gepeng yang belum berkembang pada
wanita yang belum pubertas.
C.
Patofisiologi
Bakteri secara langsung menginfeksi uretra,
endoserviks, saluran anus, konjungtiva dan farings. Infeksi dapat meluas dan
melibatkan prostate, vas deferens, vesikula seminalis, epididimis dan testis
pada pria dan kelenjar skene, bartholini, endometrium, tuba fallopi dan ovarium
pada wanita.
Setelah melekat, gonokokus berpenetrasi ke dalam
sel epitel dan melalui jaringan sub epitel di mana gonokokus ini terpajan ke
system imun (serum, komplemen, immunoglobulin A(IgA), dan lain-lain), dan
difagositosis oleh neutrofil. Virulensi bergantung pada apakah gonokokus mudah
melekat dan berpenetrasi ke dalam sel penjamu, begitu pula resistensi terhadap
serum, fagositosis, dan pemusnahan intraseluler oleh polimorfonukleosit. Faktor
yang mendukung virulensi ini adalah pili, protein, membrane bagian luar,
lipopolisakarida, dan protease IgA.
Meskipun telah banyak peningkatan dalam
pengetahuan tentang patogenesis dari mikroorganisme, mekanisme molekular yang
tepat tentang invasi gonokokkus ke dalam sel host tetap belum diketahui. Ada
beberapa faktor virulen yang terlibat dalam mekanisme perlekatan, inflamasi dan
invasi mukosa. Pili memainkan peranan penting dalam patogenesis gonore. Pili
meningkatkan adhesi ke sel host, yang mungkin merupakan alasan mengapa
gonokokkus yang tidak memiliki pili kurang mampu menginfeksi manusia. Antibodi
antipili memblok adhesi epithelial dan meningkatkan kemampuan dari sel fagosit.
Juga diketahui bahwa ekspresi reseptor transferin mempunyai peranan penting dan
ekspresi full-length lipo-oligosaccharide (LOS) tampaknya perlu untuk infeksi
maksimal.
Daerah yang paling mudah terinfeksi ialah daerah epitel kolumnar dari uretra dan endoserviks, kelenjar dan duktus parauretra pada pria dan wanita, kelenjar Bartolini, konjungtiva mata dan rectum. Infeksi primer yang terjadi pada wanita yang belum pubertas terjadi di daerah epitel skuamosa dari vagina.
Daerah yang paling mudah terinfeksi ialah daerah epitel kolumnar dari uretra dan endoserviks, kelenjar dan duktus parauretra pada pria dan wanita, kelenjar Bartolini, konjungtiva mata dan rectum. Infeksi primer yang terjadi pada wanita yang belum pubertas terjadi di daerah epitel skuamosa dari vagina.
D.
Manifestasi
klinis
1. Pada
pria:
a. Gejala
awal gonore biasanya timbul dalam waktu 2-7 hari setelah terinfeksi
b. Gejalanya
berawal sebagai rasa tidak enak pada uretra kemudian diikuti nyeri ketika
berkemih
c. Disuria
yang timbul mendadak, rasa buang air kecil disertai dengan keluarnya lendir
mukoid dari uretra
d. Retensi
urin akibat inflamasi prostat
e. Keluarnya
nanah dari penis.
2. Pada
wanita:
a. Gejala
awal biasanya timbul dalam waktu 7-21 hari setelah terinfeksi
b. Penderita
seringkali tidak merasakan gejala selama beberapa minggu atau bulan
(asimtomatis)
c. Jika
timbul gejala, biasanya bersifat ringan. Namun, beberapa penderita menunjukkan
gejala yang berat seperti desakan untuk berkemih
d. Nyeri
ketika berkemih
e. Keluarnya
cairan dari vagina
f. Demam
Infeksi dapat menyerang leher rahim, rahim, indung
telur, uretra, dan rektum serta menyebabkan nyeri pinggul yang dalam ketika
berhubungan seksual. Wanita dan pria homoseksual yang melakukan hubunga seks
melalui anus, dapat menderita gonore di rektumnya. Penderita akan merasa tidak
nyaman disekitar anusnya dan dari rektumnya keluar cairan. Daerah disekitar
anus tampak merah dan kasar serta tinja terbungkus oleh lendir dan nanah.
E.
Komplikasi
1. Pada
pria:
a. Prostatitis
b. Cowperitis
c. Vesikulitis
seminalis
d. Epididimitis
e. Cystitis
dan infeksi traktus urinarius superior
f. infertilitas
2. Pada
wanita:
a. Komplikasi
uretra
b. Bartholinitus
c. Endometritis
d. Salphingitis
e. Infertilitas
F.
Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan
klinis, dan pemeriksaan pembantu yang terdiri atas 15 tahap, yaitu:
1.
Sediaan
langsung dengan pewarnaan gram akan ditemukan diplokokus gram negatif,
intraseluler dan
ekstraseluler, leukosit polimorfonuklear.
2.
Kultur
untuk identifikasi perlu atau tidaknya dilakukan pembiakan kultur. Menggunakan
media transport
dan media pertumbuhan.
3. Tes
definitif, tes oksidasi (semua golongan Neisseria akan bereaksi positif), tes
fermentasi (kuman
gonokokus hanya meragikan glukosa)
4.
Tes beta
laktamase, hasil tes positif ditunjukkan dengan perubahan warna kuning menjadi
merah apabila
kuman mengandung enzim beta laktamase.
5.
Tes Thomson
dengan menampung urin pagi dalam dua gelas. Tes ini digunakan untuk mengetahui
sampai
dimana infeksi sudah berlangsung
G.
Penatalaksanaan
1. Medis
·
Walaupun semua gonokokus
sebelumnya sangat sensitif terhadap penicilin, sekarang banyak ‘strain’ yang
relatif resisten. Terapi penicillin, amoksisilin, dan tetrasiklin masih tetap
merupakan pengobatan pilihan.
·
Untuk sebagian besar
infeksi, penicillin G dalam aqua 4,8 unit ditambah 1 gr probonesid per- oral
sebelum penyuntikan penicillin merupakan pengobatan yang memadai.
·
Spectinomycin berguna
untuk penyakit gonokokus yang resisten dan penderita yang peka terhadap
penicillin. Dosis: 2 gr IM untuk pria dan 4 gr untuk wanita.
·
Pengobatan jangka panjang
diperlukan untuk endokarditis dan meningitis gonokokus.
2.
Nonmedis
·
Memberikan pendidikan
kepada klien dengan menjelaskan tentang:
·
Bahaya penyakit menular
seksual
·
Pentingnya mematuhi
pengobatan yang diberikan
·
Cara penularan PMS dan
perlunya pengobatan untuk pasangan seks tetapnya
·
Hindari hubungan seksual
sebelum sembuh dan memakai kondom jika tidak dapat dihindari.
·
Cara-cara menghindari
infeksi PMS di masa yang akan datang.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1.
Data subyektif
a.
Nyeri ketika berkemih dan
desakan untuk berkemih
b.
Keluarnya cairan ( nanah
) dari saluran kencing.
c.
Demam
d.
Penderita akan merasa
tidak nyaman disekitar anusnya dan dari rektumnya keluar cairan.
e.
Daerah disekitar anus
tampak merah dan kasar serta tinja terbungkus oleh lendir dan nanah.
f.
Pasien yang datang dengan
awitan gejala akut mengeluh lemah, nyeri lokal, demam dan keluarnya nanah dari
lubang saluran kencing.
g.
Riwayat psikososial,
pasien seringkali bertanya – tanya tentang pengobatan, perawatan dan ramalan
penyakitnya.
2.
Data obyektif
a.
Daerah disekitar anus
tampak merah dan kasar serta tinja terbungkus oleh lendir dan nanah.
b.
Sediaan langsung dengan
pewarnaan gram akan ditemukan diplokokus gram negatif, intraseluler dan
ekstraseluler, leukosit polimorfonuklear.
c.
Kultur untuk identifikasi
perlu atau tidaknya dilakukan pembiakan kultur. Menggunakan media transport dan
media pertumbuhan.
d.
Tes definitif, tes
oksidasi (semua golongan Neisseria akan bereaksi positif), tes fermentasi
(kuman gonokokus hanya meragikan glukosa)
e.
Tes beta laktamase, hasil
tes positif ditunjukkan dengan perubahan warna kuning menjadi merah apabila
kuman mengandung enzim beta laktamase
f.
Tes Thomson dengan
menampung urin pagi dalam dua gelas. Tes ini digunakan untuk mengetahui sampai
dimana infeksi sudah berlangsung.
B. Diagnosa dan Intervensi
1.
Nyeri berhubungan dengan reaksi
infalamasi
Tujuan
perawatan : nyeri berkurang atau hilang
KH:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien akan:
·
Mengenali faktor penyebab
·
Menggunakan metode
pencegahan non analgetik untuk mengurangi nyeri
·
Menggunakan analgetik
sesuai kebutuhan
·
Melaporkan nyeri yang
sudah terkontrol
Intervensi Keperawatan :
a.
Kaji secara komprehensif
tentang nyeri meliputi lokasi, karakteristik, dan onset, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas/beratnya nyeri, dan faktor-faktor presipitasi.
b.
Observasi isyarat-isyarat
non verbal dari ketidaknyamanan, khususnya ketidakmampuan untuk komunikasi
secara efektif.
c.
Gunakan komunikasi
terapeutik agar klien dapat mengekspresikan nyeri
d.
Berikan dukungan terhadap
klien dan keluarga
e.
Kolaborasi dalam pemberikan
analgesik sesuai anjuran
2.
Hipertermi berhubungan
dengan proses inflamasi.
Tujuan Kepertawatan : suhu badan klien
dalam keadaan normal 36,5 C – 37,5 C
KH:
setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien akan:
·
Suhu dalam rentang normal
·
Nadi dan RR dalam rentang
normal
·
Tidak ada perubahan warna
kulit dan tidak ada pusing
IntervensiKeperawatan :
a.
Monitor vital sign
b.
Monitor suhu minimal 2
jam
c.
Tingkatkan intake cairan
dan nutrisi
d.
Selimuti klien untuk
mencegah hilangnya panas tubuh
e.
Kompres klien pada lipat
paha dan aksila
f.
Berikan antipiretik bila
perlu
3.
Perubahan pola eliminasi
urin berhubungan dengan proses inflamasi
Tujuan keperawatan : pola eliminasi tidak
terganggu lagi
KH:
setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien akan:
·
Urin akan menjadi
kontinens
·
Eliminasi urin tidak akan
terganggu: bau, jumlah, warna urin dalam rentang yang diharapkan dan
pengeluaran urin tanpa disertai nyeri
Intervensi keperawatan :
a.
Pantau eliminasi urin
meliputi: frekuensi, konsistensi, bau, volume, dan warna dengan tepat.
b.
Pantau spesimen urine
pancar tengah untuk urinalisis.
c.
Ajarkan pasien dan
keluarga tentang tanda dan gejala inferksi saluran kemih.
d.
Sarankan pasien untuk
minum sebanyak 3000 cc per hari.
e.
Rujuk pada ahli urologi
bila penyebab akut ditemukan.
4.
Resiko penularan berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang sifat menular dari penyakit
Tujuan
keperawatan : klien menjadi tahu tentang sifat penularan dari gonore
KH: dapat meminimalkan terjadinya penularan
penyakit pada orang lain
Intervensi keperawatan :
a.
Berikan pendidikan
kesehatan kepada klien dengan menjelaskan tentang :
b.
Bahaya penyakit menular
c.
Pentingnya memetuhi
pengobatan yang diberikan
d.
Jelaskan cara penularan
PMS dan perlunya untuk setia pada pasangan
e.
Hindari hubungan seksual
sebelum sembuh dan memakai kondom jika tidak dapat menghindarinya.
5.
Harga diri rendah
berhubungan dengan penyakit
Tujuan keperawatan :
klien tidak merasa harga dirinya rendah dengan penyakit yang dialaminya
KH:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien akan
·
Mengekspresikan pandangan
positif untuk masa depan dan memulai kembali tingkatan fungsi sebelumnya
·
Mengindentifikasi
aspek-aspek positif diri
·
Menganalisis perilaku
sendiri dan konsekuensinya
·
Mengidentifikasi
cara-cara menggunakan kontrol koping.
Intervensi keperawatan :
a.
Bantu individu dalam
mengidentifikasi dan mengekspresikan perasaan
b.
Dorong klien untuk
membayangkan masa depan dan hasil positif dari kehidupan
c.
Perkuat kemampuan dan
karakter positif (misal: hobi, keterampilan, penampilan, pekerjaan)
d.
Bantu klien menerima
perasaan positif dan negatif
e.
Bantu dalam
mengidentifikasi tanggung jawab sendiri dan kontrol situasi
C. Kriteria Evaluasi
1.
Klien mampu mengenali
faktor penyebab
2.
Klien melaporkan nyeri berkurang
atau hilang
3.
TTV dalam rentang normal
a. Tekanan
darah : 110/70-120/80 mmHg
a. Denyut
nadi : 70-80 x/menit
b. Pernafasan : 20 – 24 x/menit
c. Suhu : 36 – 37 oc
4.
Urin akan menjadi
kontinens
5.
Eliminasi urin tidak akan
terganggu: bau, jumlah, warna urin dalam rentang yang diharapkan dan
pengeluaran urin tanpa disertai nyeri
6.
dapat meminimalkan
terjadinya penularan penyakit pada orang lain
7.
Mengekspresikan pandangan
positif untuk masa depan dan memulai kembali tingkatan fungsi sebelumnya
8.
Mengindentifikasi
aspek-aspek positif diri
9.
Menganalisis perilaku
sendiri dan konsekuensinya
10. Mengidentifikasi
cara-cara menggunakan kontrol koping